Blog Ahmad Budi Sulistyo bin Poernomo

RINGKASAN BAGAIMANA MELAKSANAKAN IBADAH HAJI TAMATTU’

Oleh : 

Ahmad Budi Sulistyo bin Poernomo

Jama’ah KBIH Salsabila Rahmadina

1425 H/ 2005

 

PENDAHULUAN. 

Sesungguhnya segala puji hanya bagi Allah. Kami memuji-Nya, mohon pertolongan kepada-Nya, memohon ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan dari kejelekan amal perbuatan kami. Barang siapa diberi hidayah oleh Allah, maka tiada seorangpun yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang Allah sesatkan, maka tiada seorangpun yang dapat memberinya hidayah.

Saya bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah semata, tidak ada sekutu baginya. Dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan-Nya. Salam dan shalawat semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia dan istiqomah mengikuti jejak beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga hari kiamat.

Pada musim haji 1425H/2005 Alhamdulillah saya bersama isteri diperkenankan Allah dapat menunaikan ibadah haji. Setelah resmi mendapat kepastian kuota dari Kantor Departemen Agama, saya merasa bimbang dengan KBIH mana saya akan bergabung. Oleh karena saya buta sama sekali tentang pelaksanaan ibadah haji, sedangkan kalau menyimak cerita orang-orang yang baru pulang dari ibadah haji, maupun membaca buku-buku tentang ibadah haji, nampaknya ada ketidak-samaan. Saya khawatir jika tidak mendapat bimbingan yang benar, ibadah hajinya nanti sia-sia saja.

Oleh karena itu, saya mencari masukan kepada yang lebih mengetahui dan berpengalaman, sebaiknya ke KBIH mana saya dan isteri bergabung. Atas saran ustadz Firdaus Sanusi, MA (Cileungsi), akhirnya saya memilih bergabung dengan KBIH Salsabila Rahmadina, yang pada waktu itu berada di bawah asuhan ustadz Habib Hassan Al Mahdaly (semoga Allah merahmatinya). Menurut ustadz tadi, KBIH Salsabila Rahmadina adalah salah satu dari KBIH yang melaksanakan bimbingan ibadah haji sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Guna memudahkan diri saya memahami, menghafal dan menghayati rangkaian pelaksanaan ibadah haji maupun doa-doanya yang saya terima selama latihan manasik, saya mencoba membuat ringkasan. Ringkasan itu saya buat untuk diri sendiri dan isteri serta beberapa teman dekat yang merasa tertarik ketika melihat ringkasan itu.

Agar lebih mudah mencari dan membaca do’a yang diperlukan ketika berada di tempat yang berjubel orangnya, ringkasan tersebut formatnya sengaja saya buat memanjang. Yaitu, dari print out “landscape” kertas A4 yang dibagi tiga, saya sambung memanjang, kemudian dilipat lipat seperti lipatan kipas kertas. Dengan demikian setiap kali membukanya selalu hanya dua halaman yang muncul. Alhamdulillah, ringkasan itu sangat bermanfaat.

Pada salah satu pertemuan persaudaraan haji Salsabila Rahmadina sepulang kita di tanah air, ringkasan itu saya sampaikan copynya kepada Ketua Persaudaraan Haji Salsabila Rahmadina 1425H/2005, bapak Joko Dwiheriyanto.  Atas saran beliau setelah membaca copy ringkasan dan beliau mengetahui bahwa ada situs blog saya di internet, yaitu “ahmadbudisulistyo.wordpress.com”, ringkasan tersebut saya masukkan ke situs dengan sedikit editing untuk penyesuaian. Yaitu berdasarkan apa yang dipelajari ketika belum berangkat dan apa yang dialami tatkala melaksanakan ibadah haji.

Dalam tulisan ini tidak didapati dengan rinci dalil-dalil yang terkait mengenai do’a ataupun perbuatan yang dilakukan, karena menitik beratkan pada pelaksanaan praktisnya dan sudah tercantum di buku rujukan. Mudah-mudahan tulisan sederhana ini bermanfaat. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhai usaha ini.

 

PELAKSANAAN IBADAH HAJI.

KBIH Salsabila Rahmadina membimbing jama’ahnya melaksanakan ibadah haji secara haji tamattu’, karena kita dari Indonesia adalah jama’ah yang tidak membawa hadyu (hewan qurban). Haji tamattu’ berihrom untuk umroh di bulan-bulan haji (Syawal, Dzul-qaadah dan sepuluh hari pertama bulan Dzul-hijjah), dan diselesaikan umrohnya pada waktu-waktu itu. Haji tamattu’ melakukan ihrom terlebih dahulu, lalu tahallul, kemudian berihrom untuk haji dari Mekkah pada tanggal 8 Dzulhijjah (hari tarwiyah). 

UMROH. 

Ketika itu, KBIH Salsabila Rahma Dina termasuk rombongan gelombang kedua dari Indonesia, di mana setibanya di Bandara King Abdul Aziz Jeddah, jama’ah langsung ke Mekkah. Ihrom dimulai di atas pesawat, yakni kira-kira 30 menit sebelum landing di King Abdul Aziz Airport. Awak pesawat memberitahukan bahwa pesawat akan segera mendekati batas miqat yaitu Qarnul Manazil. Berdasarkan keringanan oleh syara’ untuk mengenakan pakaian ihrom ketika akan berangkat, maka sebelum naik pesawat, calon jama’ah haji sudah memakai pakaian ihrom di Bandara Soekarno Hatta. (Sunnah memakai wewangian di tubuhnya). Perbuatan ini berdasarkan riwayat bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memakai  pakaian ihromnya sebelum sampai miqot Dzul Hulaifah.

Di miqot tersebut mengucapkan :

LABBAIK ALLAHUMMA ‘UMROTAN

“Ya Allah! Aku sambut panggilan-Mu untuk ‘umroh”

Kemudian membaca talbiyah, secara terus menerus, (jika dengan suara keras disebut Ihlal) : 

LABBAIK ALLAHUMMA LABBAIK. LABBAIKA LAA SYARIKALAKA LABBAIKA. INNAL HAMDA WAN NI’MATA LAKA WAL MULKA LAA SYARIKALAK. 

“Aku sambut panggilan-Mu ya Allah, aku sambut panggilan-Mu! aku sambut panggilan-Mu! Tidak ada satupun sekutu bagi-Mu! aku sambut panggilan-Mu! Sesungguhnya segala puji dan ni’mat dan kerajaan/kekuasaan adalah bagi-Mu. Tidak ada satupun  sekutu/tandingan bagi-Mu.” 

Pembacaan talbiyah selesai ketika sampai di Hajar Aswad tatkala akan memulai thowaf. 

 

Thowaf :

yaitu mengelilingi Ka’bah tujuh kali putaran dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir di Hajar Aswad pula, dengan posisi Ka’bah berada di sebelah kiri mereka yang thowaf. (Ada tanda lampu hijau di tepi halaman terbuka Masjidil Haram, dan garis coklat di lantai sebagai tanda memulai dan berakhirnya thowaf). Tiga putaran pertama dilakukan dengan jalan cepat/lari-lari kecil (disebut ramal), empat putaran berikutnya jalan biasa. Catatan : Tidak ada bacaan khusus yang ditentukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat thowaf.

Kaum muslimin boleh berdzikir atau berdo’a apa saja, dengan mengutamakan bacaan-bacaan dzikir dan do’a yang bersumber dari tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atau membaca Al Qur’an dengan sir ketika thowaf. Pakaian ihram dipakai secara Idlthiba’. Yaitu memasukkan pakaian ihrom melalui ketiak sebelah kanan, kemudian menutup pundak kiri dengan kain ihrom (pundak kanan terbuka). Memakai pakaian ihrom secara Idthiba’ ini hanya selama thowaf saja

Yang dilakukan  ketika melewati hajar aswad, ialah menciumnya jika memungkinkan, atau menyentuhnya dengan sesuatu, lalu mencium sesuatu itu, atau berisyarat dengan tangan kanan tanpa menciumnya. Membaca takbir ALLAH AKBAR setiap kali melewatinya. 

Di antara rukun Hajar Aswad dan Rukun Yamani, membaca do’a : 

RABBANA AATINAA FIDDUN-YA HASANAH WA FIL AAKHIROTI HASANAH WA QIINA ‘ADZAABAN-NAR 

Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Dan peliharalah kami dari siksa neraka 

Setelah selesai thowaf, hendaknya menuju maqam Ibrahim sambil membaca ayat 125 surat Al Baqarah 

WATTAKHIDZUU MIN MAQAAMA IBRAHIIMA MUSHALLA.

Dan jadikanlah maqam  ( tempat berdiri ) Ibrahim itu sebagai tempat shalat. 

Kemudian laksanakan shalat sunnat dua rakaat. Rakaat pertama sesudah Al Fatihah membaca surat Al Kafirun, rakaat kedua membaca surat Al Ikhlash, atau sebaliknya. Jika keadaan tidak memungkinkan  (karena berdesak-desak) shalat ini boleh dilakukan di mana saja di dalam lingkungan masjidil Haram. Usahakan sejurusan dengan maqam Ibrahim dan Hajar Aswad. Kemudian minum air zam-zam.

 

 Sa’i.

 Setelah selesai shalat sunnat dan minum air zam-zam, kemudian menuju bukit Shofa (waktu itu bukitnya sudah rata, hanya terlihat sedikit batu yang menyembul di atas lantai) untuk memulai sa’i. Ketika telah dekat dengan bukit Shofa hendaknya membaca ayat 158 surat Al Baqarah : 

INNASH SHOFA WAL MARWATA MIN SYA’AA-IRILLAH          

Sesungguhnya shofa dan marwah itu dari  syiar-syiar ( agama ) Allah.   

 

Kemudian mengucapkan : 

ABDA-U BIMA BADA-ULLAHU BIHI.           

 Aku mulai dengan apa yang Allah mulai.

 

Kemudian naik ke bukit Shofa sampai  terlihat Ka’bah lalu menghadap ke kiblat 

dan mengucapkan : 

LAA ILAAHA ILLALLAH WALLAHU AKBAR, LAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKALAHU LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QADIIR.

LAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU  ANJAZA WA’DAHU WA NASHORO ‘ABDAHU WA HAZAMAL AHZAABA WAHDAHU

Tidak ada satupun tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah  dan Allah Maha Besar. Tidak ada satupun tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah sendiri, tidak ada satupun sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan/kekuasaan dan bagi-Nya segala puji dan Dia atas segala sesuatu Maha Berkuasa. Tidak ada satupun tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah semata, Yang menyempurnakan janji-Nya dan menolong hamba-Nya dan Yang mengalahkan golongan-golongan ( kafir ) sendiri.

 

Seusai mengucapkan bacaan di atas, berdo’a apa saja yang disukai, istimewa dengan do’a-do’a yang datang dari Rasulullah SAW. Berdo’a dengan mengangkat tangan.

Bacaan di atas diulang sebanyak tiga kali. Dan setiap selesainya kemudian berdo’a. Berdo’a dengan mengangkat tangan. Selesai berdo’a kemudian berjalan menuju Marwah. Sesampai di tempat yang dulu adalah lembah (sekarang diberi tanda tiang hijau) hendaklah berlari-lari kecil (sa’i) hingga tempat mendaki (diberi tanda tiang hijau lagi), lalu kembali berjalan seperti biasa.

Sesampai di bukit Marwah, hendaklah dilakukan kembali apa-apa yang telah dikerjakan di bukit Shofa.

Sa’i dilakukan sebanyak tujuh kali, mulai dari bukit Shofa, berakhir di bukit Marwah.

 

Tahallul.

Setelah selesai melakukan sa’i, kemudian melakukan tahallul, yaitu  mencukur rambut bagi pria. Jangan hanya menggunting beberapa helai rambut saja. Pendekkan, tapi bukan cukur bersih sama sekali.

            Dengan selesainya tahallul ini maka selesailah rangkaian ibadah umroh, jama’ah boleh melepas pakaian ihromnya.

 

 HAJI. 

 

– Ihrom untuk Haji pada hari Tarwiyah.

Pada tanggal 8 Dzulhijjah  (hari Tarwiyah) jama’ah wajib ihrom untuk haji dari tempat pemondokan di Mekkah dengan mengucapkan : 

LABBAIKALLAHUMMA HAJJAN,

kemudian mengucapkan talbiyah:

LABBAIK ALLAHUMMA LABBAIK. LABBAIKA LAA SYARIKALAKA LABBAIKA. INNAL HAMDA WAN NI’MATA LAKA WAL MULKA LAA SYARIKALAK.

 

Atau boleh juga mengucapkan : 

LABBAIKA HAJJAN, 

Kemudian mengucapkan  talbiyah

 

– Mabit ( bermalam ) di Mina.

Pada hari itu juga langsung berangkat ke Mina untuk bermalam (mabit) di sana, mengikuti manasik Rasulullah SAW. Beliau SAW shalat zhuhur, ashar, maghrib dan ‘isya di Mina dengan secara qoshor tanpa jama’.

 

– Berangkat dari Mina ke Arafah

(setelah matahari terbit tanggal 9 Dzulhijjah).

 

– Wuquf di Arafah.

Waktu wuquf adalah ketika matahari mulai tergelincir (masuk waktu zhuhur) sampai terbenamnya.

                      

Aktivitas utama  saat  wuquf :              

        –     Mendengarkan khutbah Arafah.

        –     Shalat jama’ taqdim qashar,zhuhur dan  ashar        

         –    Tetap membaca talbiyah.

         –    Berdo’a dengan menghadap kiblat dan  mengangkat tangan.

         – Berdzikir atau membaca do’a atau membaca Al Qur’an.

          – Tetap wuquf sampai terbenamnya matahari.

 

– Mabit (bermalam) di Muzdalifah.

Setelah matahari terbenam, jama’ah berangkat dengan tenang/tidak mengganggu jama’ah yang lain menuju Muzdalifah, sebagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan :         

AYYUHANAASU !   ASSAKIINATA,  ASSAKIINATA.

 Wahai manusia !  Tenanglah   !  Tenanglah !                     

Di Muzdalifah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat maghrib dan ‘isya dengan cara jama’ ta’khir dan  qashar, dengan  satu  kali adzan dua kali qomat. Beliau tidak melakukan shalat sunnah di antara keduanya. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berbaring (tidur) sampai datang waktu shalat shubuh.

Dari  sini  kita  mengetahui   bahwa  menurut sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

– Tidak mengerjakan shalat sunat rawatib di antara shalat maghrib dan ‘isya.

– Tidak menghidupkan malam, misalnya dengan qiyamullail. Akan tetapi   

          istirahat dengan berbaring dan tidur.

       – Wajib mabit (bermalam) di Muzdalifah, dan tidak meninggalkannya sampai  

shalat shubuh.Tidak mengambil batu pada waktu malam di Muzdalifah, kecuali nanti di Mina ketika akan melempar.

 

– Wuquf (singgah sebentar) untuk berdoa di Masy’aril Haram.

Setelah selesai shalat shubuh di Muzdalifah lalu berangkat menuju “Masy’aril Haram” (suatu tempat di Muzdalifah) untuk berdoa. Sesampainya di  Masy’aril Haram menghadap ke arah kiblat sambil berdo’a dengan mengangkat tangan,  kemudian memuji-muji Allah, bertakbir dan mentauhidkan-Nya,  seraya mengucapkan : 

ALHAMDULILLAHI WALLAHU AKBAR WA LAA ILAAHA ILLALLAHU WAHDAHU LAA SYARIKALAHU LAHULMULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QADIR.

 

Wuquf di Masy’aril Haram sampai terang betul, kemudian sebelum matahari terbit kita berangkat ke Mina untuk melempar jamroh Kubro (jamroh ‘Aqabah).

Catatan : Ber-wuquf di tempat manapun di Muzdalifah adalah sah. Tidak wajib mendekati maupun mendaki bukit Masy’aril Haram.

 

– Melempar Jamroh Aqobah. (tanggal 10 Dzulhijjah)

            Apabila matahari telah terbit  barulah wajib kita melempar  jamroh ‘Aqobah. Waktunya luas sekali, yaitu  sampai tengah malam. Tidak boleh melempar jamroh ‘Aqobah sebelum matahari terbit. 

           Adapun  caranya : melempar dengan   tujuh buah batu kecil sambil bertakbir ALLAHU AKBAR  pada setiap lemparan.

 

– Yang Dilakukan Pada Hari Nahar (Tgl. 10 Dzulhijjah),

 

Pertama: melempar jamroh  ‘Aqobah.

Kedua : menyembelih hewan. Bagi yang Tamattu’ penyembelihan ini bukan merupakan  “dam”  akan tetapi sebagai “taqarrub” (ibadah).

Ketiga : mencukur bersih rambut (plonthos/gundul/botak).

Keempat : thawaf ifadloh (thawaf haji) tanpa berjalan cepat.

Ketika itu jamaah haji KBIH Salsabila Rahmadina, menyembelih hewan qurban 1/7 ekor unta bagi setiap jamaah. Sedang untuk mensaksikan penyembelihannya diwakili oleh Kepala Regu masing-masing kelompok.

Mencukur bersih rambut adalah afdhal, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan mereka yang mencukur bersih rambutnya agar kiranya mendapat limpahan rahmat dan maghfirah. Do’a untuk mereka itu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ucapkan tiga kali. Sedang untuk orang-orang yang memendekkan rambutnya, beliau hanya mendoakan sekali.

 

Perhatian !

 

Bagi haji tamattu’ diwajibkan untuk sa’i sekali lagi antara Shofa dan Marwah ketika thawaf ifadloh. (Sa’i haji)

Apabila telah  thowaf ifadloh, halal semuanya, termasuk istri meskipun belum melempar atau menyembelih atau mencukur rambut.

 

– Mabit Di Mina Pada Hari-Hari Tasyriq.

         Wajib mabit/bermalam di Mina pada hari-hari tasyriq (tgl.11,12,dan 13 Dzulhijjah), atau sekurang-kurangnya dua hari (tgl.11 dan 12/nafar awwal) untuk melempar ketiga jamroh secara tertib.

             – Pertama        : jamrotul Ula

             – Kedua          : jamrotul wustho/jamroh tsaniyah.

             – Ketiga:         : jamrotul kubro/jamroh ‘aqobah.

 

Waktunya        : ketika matahari telah  tergelincir (masuk waktu shalat zhuhur) sampai malam.

 

     Caranya :

            – Setiap hari melempar ketiga jumroh di  atas menurut tertibnya.

            – Setiap jamroh dengan tujuh buah batu kecil.

            – Setiap kali melempar bertakbir.

            – Setiap kali selesai melempar jamrotul ula dan jamrotul wustho menghadap ke kiblat, berdo’a  dan mengangkat kedua tangan. Akan tetapi apabila selesai melempar jamroh ‘aqobah langsung pergi, tidak menghadap ke kiblat dan berdo’a.

 

– Thawaf Wada’.

Apabila telah selesai menjalankan rangkaian ibadah haji atau ‘umroh dan telah bersiap-siap akan kembali ke negeri masing-masing, maka wajiblah thowaf wada’ (perpisahan)sebelum meninggalkan Makkah, kecuali bagi wanita haid atau nifas. Mereka boleh meninggalkan Makkah tanpa thowaf wada’.

 

Resume :

 

  • 1. Jama’ah haji dari Indonesia melaksanakan ibadah haji dengan haji tamattu’, karena tidak membawa hewan qurban.
  • 2. Haji tamattu’ melakukan umroh lebih dahulu sebelum haji.
  • 3. Pelaksanaan Umroh :
  • – Niat umroh di miqot
  • – Membaca talbiyah yang berakhir pada saat mulai thowaf
  • – Thowaf tujuh kali putaran, di mana pada tiga putaran pertama dengan jalan cepat, selanjutnya jalan biasa
  • – Shalat sunnat dua rakaat (yang utama) di maqam Ibrahim, atau di mana di dalam lingkungan Masjidil Haram
  • – Minum air zam-zam
  • – Sai antara Shofa dan Marwah tujuh kali
  • – Tahallul.
  • 4. Pelaksanaan Haji :
  • – Ihrom untuk haji pada tanggal 8 Dzulhijjah (hari Tarwiyah) dari tempat pemondokan di Mekkah.
  • – Mabit di Mina pada hari yang sama (8 Dzulhijjah)
  • – Wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, dari waktu tergelincirnya matahari hingga terbenamnya. Inilah puncak ibadah haji, gunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya untuk berdo’a, berzikir, tafakur, istighfar.
  • – Mabit di Muzdalifah, berangkat dari Arafah setelah matahari terbenam.
  • – Wuquf di Masy’aril Haram (satu tempat di Muzdalifah). Menghadap kiblat untuk berdo’a, membaca tahmid takbir tahlil
  • – Melempar jamroh Aqobah (tanggal 10 Dzulhijjah) lalu menyembelih hewan qurban.
  • – Mencukur bersih rambut/gundul (tanggal 10 Dzulhijjah)
  • – Thowaf Ifadloh/thowaf haji (tanggal 10 Dzulhijjah)
  • – Mabit di Mina pada hari-hari Tasyriq (tanggal 11,12 dan 13 Dzulhijjah) untuk melempar jamratul ula, jamrotul Wustho/jamroh tsaniyah dan jamrotul Kubro/jamroh Aqobah.
  • – Thowaf Wada’/perpisahan sebelum meninggalkan Makkah Al Mukarpmah.

 

Lain-lain

 

Syarat diterima ibadah adalah ikhlash karena Allah dan ittiba’ (menurut

contoh/tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam). Karena itu penulis sarankan supaya benar-benar mempelajari manasik haji dan mencari pembimbing yang mengerti betul dan melaksanakan ibadah haji sesuai dengan sunnah, agar ibadah kita tidak sia-sia.

Jangan melakukan sesuatu yang kita anggap ibadah berdasarkan pemikiran kita bahwa sesuatu yang kita lakukan itu baik. Atau berdasarkan sesuatu itu banyak dilakukan orang. Karena Ibadah adalah perkara tauqifiyah, artinya tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyariatkan kecuali berdasarkan Al Qur-an dan As Sunnah.

Hadits Riwayat Muslim dari hadits ‘Aisyah r.a. : “Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak”

Di antara amalan yang tidak dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam tetapi banyak dikerjakan sebagian jama’ah adalah :

  • – Menentukan do’a khusus untuk setiap putaran dalam thowaf.
  • – Berjalan mundur ketika keluar dari masjid sambil menghadapkan muka kearah Ka’bah, selesai melakukan thowaf Wada’.
  • – Memperbanyak umroh setelah menunaikan ibadah haji dari Tan’im dan Ji’ranah.
  • – Mencuci batu-batu yang akan digunakan untuk melontar jamroh. Dll.

 

Kedua, penulis sarankan agar membaca buku saku Petunjuk Jamaah Haji dan Umrah Serta Penziarah Masjid Rasul SAW, yang disusun oleh Badan Penerangan Haji dan disahkan oleh Lembaga Riset Ilmiah Dan Fatwa Syeikh Muhammad Bin Saleh Al Utsaimin. Dan buku saku Haji, Umrah, Dan Ziarah Menurut Kitab dan Sunnah oleh Sheikh Abdul Aziz bin Muhammad bin Baz, dicetak dan diterbitkan oleh Departemen Urusan Ke-Islaman, Wakaf, Da’wah dan Bimbingan Islam Kerajaan Saudi Arabia. Dua-duanya dibagikan di bandara kepada setiap jamaah haji setibanya kita di sana. Karena buku itu disusun oleh Lembaga yang berwenang dan diamanati oleh Pemerintah Saudi Arabia dalam hal tersebut, negara di mana dua tempat suci umat Islam berada.

Segala puji hanya bagi Allah. Salam dan shalawat semoga senantiasa tercurah atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

  

Daftar Bacaan : 

  • Berhaji Sesuai Sunnah Rasul, diterbitkan oleh Tim Salsabila Rahmadina
  • Petunjuk Jamaah Haji Dan Umrah Serta Penziarah Masjid Rasul SAW, disusun oleh Badan Penerangan Haji, Disahkan oleh : Lembaga Riset Ilmiah Dan Fatwa Syeikh Muhammad Bin Saleh Al Utsaimin. Diterbitkan dan diedarkan dibawah pengawasan Direktorat Percetakan Dan Penerbitan. (buku saku yang diterima di Bandara King Abdul Azis Jeddah)
  • Haji, Umrah, Dan Ziarah Menurut Kitab dan Sunnah oleh Sheikh Abdul Aziz bin Muhammad bin Baz, dicetak dan diterbitkan oleh Departemen Urusan Ke-Islaman, Wakaf, Da’wah dan Bimbingan Islam Kerajaan Saudi Arabia.
  • Haji Dan Umrah Seperti Rasulullah, oleh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, penerbit Gema Insani Pers.

 

Perkiraan jarak perjalanan Haji  dan kegiatan utamanya :

 

Makkah –> Mina (± 8 km) ; tarwiyah.

Mina  –> Arafah ( ± 16 km) ; wuquf.

Arafah –> Muzdalifah (±10 km) ; mabit.

Muzdalifah –> Mina (± 6 km) ; jamroh.

Mina –> Makkah (± 8 km) ; thawaf ifadloh. Kemudian thawaf wada’ saat akan kembali ke tanah air.

Jarak Sa’i Shofa – Marwah : ± 400 m

 

September 16, 2008 - Posted by | Uncategorized

2 Komentar »

  1. Assalamu’alaikum Wr. Wb.
    Alhamdulillah, panduan praktis menjalankan ibadah haji sesuai sunah rosul ini telah dimuat. Mudah2an banyak calon haji yang mengakses untuk diterapkan dalam menjalankan ibadah haji.
    Pengalaman dari beberapa sahabat dan saudara yang berhaji, mereka tidak disarankan membaca buku-buku lain atau yang didapat di KAA agar pelajaran manasiknya tidak bimbang dari yang pernah diterima.
    Padahal panduan dari kerajaan saudi lebih praktis dan Insya Allah sesuai sunah rosul.
    Wassalamu’alaikum.

    Komentar oleh Joko Dwiheriyanto | September 17, 2008 | Balas

  2. Assalamu’alaikum Wr. Wb. pak dhe
    saya luthfi anaknya pak dandung
    Pak dhe website saya sekarang ad Al-Quran Onlinenya semoga bermanfaat

    http://www.mazvi.com/index.php?pilih=quran&mod=yes

    Sekian dulu pak dhe…

    Wassalamu’alaikum,

    Komentar oleh Maz-V | Desember 24, 2008 | Balas


Tinggalkan komentar