Blog Ahmad Budi Sulistyo bin Poernomo

Usia 40 tahun

Firman Allah :

 

” Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo`a:

 

 

 

 

 

RABBI  AWZI’NII AN ASYKURA NI’ MATAKA  LLATII AN’AMTA ‘ALAYYA WA ‘ALAA WAALIDAYYA WA AN A’ MALA SHAALIHAN TARDHAAHU WA ASHLIHLII FII DZURRIYYATII, INNII TUBTU ILAIKA  WA INNII MINA LMUSLIMIINA.

 

Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni`mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.

( Q.S. Al Ahqaaf 15 )

 

Inilah doa kesadaran akan hakikat hidup yang diajarkan Allah SWT kepada manusia bila mencapai umur 40-an tahun. Inilah doa sarat makna yang penuh keterbukaan dan kesadaran akan peran masa lalu ( ibu-bapak ), masa kini ( diri-sendiri ), dan harapan masa depan ( anak-cucu ). Inilah doa keselamatan setelah menjalani hidup hingga  cukup bekal  pengalaman serta berkesempatan untuk menata ulang setelah melihat tantangan dan proyeksi dirinya di masa depan. Inilah doa penuh permohonan, penuh kesyukuran, dan penuh pertobatan yang perlu dilantunkan secara khusyuk, intim, dan sepenuh jiwa oleh siapa pun yang punya kesadaran akan umur, posisi, peran, peluang, serta hakikat kehidupannya.

Sungguh ketika seseorang menapaki usia yang ke 40 telah sampailah uia pada fase kearifan hidup. Puncak fase fisik sudah dilampauinya, simpangan jalan kehidupan sudah diketahuinya, derita dan bahagia sudah dialaminya, serta jalur, rambu, dan lapis-lapis kehidupan sudah transparan bagi mata batinnya. Pada usia ini seseorang sudah bisa  mengukur secara tepat kekuatan dan kelemahan dirinya, tinggallah kemudian mana pilihan jalan yang akan diteruskannya. Persoalan kehidupan sudah semakin kelihatan berat dan bukan lagi fase fisik, bukan lagi fase coba-coba, melainkan fase kearifan hidup. ( dari ” Hikmah ” Harian Republika ).

Agustus 7, 2008 - Posted by | Uncategorized

3 Komentar »

  1. Salam hormat, ms

    Komentar oleh mohmsuwardja | Desember 24, 2009 | Balas

  2. Ass ww,
    Yth mas Ahmad Budi Sulistyo,
    Kenalkan saya Untung Busro Q satu alma mater dengan panjenengan di STMA. Saya lulusan tahun 1968, di kepengurusan alumni saat ini saya diserahi tugas sebagai sekretaris HASTMA SMTI ( Himpunan Alumni STMA – SMTI ).
    Kiriman artikel panjenengan ke SMTI sudah saya terima dan saya ada rencana untuk memuatnya di bulletin HASTMA SMTI yang ingin kita terbitkan. Mengingat terbatasnya ruangan / halaman bulletin, apakah dimungkinkan untuk bisa dibuatkan ringkasannya.
    BTW, saya sangat terkesan dengan tulisan tulisan panjenengan.
    Wassalamu’alaikum ww.
    Untung Busro Qomar

    Saya mengenal sdr.M.Suwardjo salah seorang karyawan di PT Keramika Indonesia. Mas Suwardjo adalah adik kelas saya di STMA.

    Komentar oleh Untung Busro Q | April 14, 2010 | Balas

    • Insya Allah, mudah-mudahan dapat dipenuhi.

      Komentar oleh ahmadbudisulistyo | Mei 28, 2010 | Balas


Tinggalkan komentar